Minggu, 25 Mei 2014

Cerita tentang Sandwich

 

Cerita tentang Sandwich


Cerita tentang Sandwich Gadis

Sandwich alias roti bertumpuk dengan isian, yang biasa kita makan saat sarapan, ternyata punya cerita panjang soal kelahirannya. Sebelum namanya ditemukan, roti ini sudah dikonsumsi sejak 100 tahun SM, oleh seorang pendeta Yahudi bernama Hillel, yang menaruh irisan apel, potongan kacang, dan beberapa bumbu di antara dua buah matzos (sejenis roti).

Roti ini juga dikonsumsi oleh golongan bangsawan Eropa, khususnya Spanyol dan Inggris, sebagai late-night meal, saat mereka berkumpul di malam hari. Nggak cuma ‘naik pangkat’, sandwich juga semakin populer di abad ke 19. Yaitu sebagai pilihan makanan yang praktis dan cepat untuk kaum pekerja dan masyarakat industri.

Nama sandwich pertama kali ditemukan tahun 1726, gara-gara John Montague, keturunan bangsawan keempat dari daerah Sandwich, Inggris. Beliau ini adalah penjudi berat dan banyak menghabiskan waktunya dengan bermain kartu. Saat bermain, beliau sering meminta roti, keju dan daging kepada pelayannya. Namun uniknya, John tetap melanjutkan permainan judi sambil makan, dengan posisi tangan yang satu memegang kartu dan tangan sebelahnya memakan roti, keju, dan daging yang sudah ditumpuk. Penjudi lain yang melihat ‘penemuan’ ini tertarik dan meminta hal yang dilakukan oleh tuan Sandwich ini kepada pelayan. Sejak saat itulah, nama Sandwich merujuk ke roti ini dan kian populer penyebutannya.

Sandwich kemudian ‘menjelajah’ ke luar Eropa, tepatnya ke daratan Amerika. Di negara ini, sandwich menjadi pilihan makan malam. Bahkan di awal abad ke-20, roti yang saling bertumpuk ini menjadi salah satu makanan pokok orang yang berdiet. Sandwich dengan isian selai kacang dan jelly menjadi favorit para tentara Amerika saat Perang Dunia Kedua. Dan, salah satu resep sandwich yang terkenal adalah milik Elvis Presley, sang musisi legendaris. Beliau mengombinasikan selai kacang dan pisang sebagai isiannya. Kalau kamu, apa isian favorit untuk sandwich-mu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar