Coba bayangkan kalau kita tinggal di sebuah pulau yang terapung di danau. Bisa-bisa pulau tersebut bergerak mengikuti arus air. Jadi setiap bangun pagi, kita berada di daerah yang berbeda. Mungkin hal-hal tersebut yang dirasakan penduduk pulau-pulau terapung di Danau Titicaca, Peru.
Kalau kita jalan-jalan ke Peru, jangan lupa mengunjungi danau terbesar di Amerika Selatan. Yup, Danau Titicaca yang memiliki luas 8300 kilometer persegi. Nggak cuma ukurannya yang membuat danau yang terletak di Pegunungan Andes ini spesial. Namun, Suku Uros (penduduk danau itu) punya cara yang unik untuk hidup. Mereka membuat tempat tinggal di atas air danau tersebut sehingga tampak seperti pulau mengapung.
Pulau-pulau terapung ini dibuat dari alang-alang yang tumbuh subur di sekitar Titicaca. Begitu pula bangunan yang berdiri di atasnya. Alang-alang tersebut diikatkan ke sebuah pondasi terapung. Hasilnya, seperti sebuah rakit raksasa. Setiap enam bulan sekali, Suku Uros harus membongkar pulau terapung tersebut untuk menggantinya dengan alang-alang baru. Pergantian ini harus dilakukan karena pulau-pulau ini bisa tenggelam secara perlahan. Kalau kita berjalan di salah satu pulau tersebut, akan merasa tidak menginjak tanah yang solid. Sedikit bergoyang dan tidak keras.
Kabarnya, Suku Uros telah hidup terapung selama berabad-abad. Mereka menganggap dirinya sebagai pelindung Danau Titicaca. Menurut legenda setempat, suku ini lebih tua dibanding peradaban Suku Inca. Bahkan, sebelum adanya matahari, bulan dan bintang.
Sayangnya, nggak semua pulau terapung di Danau Titicaca mau menerima pengunjung. Mereka cukup membatasi diri dengan dunia luar. Katanya sih, supaya budaya dan tradisinya tidak tercemar dan bisa dilestarikan.